Persatuan Golf Profesional Indonesia (PGATI) menggelar forum diskusi bertajuk “Play Like A Pro” yang mendapat sambutan antusias dari berbagai kalangan pecinta golf di Indonesia. Acara yang diadakan secara gratis dengan jumlah peserta terbatas ini berlangsung di D’Maritime Cafe & Resto, kawasan Cilandak, Jakarta Selatan (17/4). Tema pertama yang diangkat dalam forum ini adalah “Procedure dan Relief,” yang membahas secara mendalam tentang tata cara dan keringanan dalam peraturan golf.
Diskusi ini menghadirkan sejumlah narasumber kompeten di dunia golf Indonesia, yaitu Alvie K. Utomo, Bayu Madendra Gunawan, dan Jonner Sitepu, dengan Amrie Noor bertindak sebagai moderator. Kehadiran para ahli ini memberikan kesempatan bagi para peserta untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai seluk-beluk peraturan golf langsung dari sumbernya.
Antusiasme yang tinggi terhadap acara gratis yang berfokus pada aturan golf ini mengindikasikan adanya kebutuhan dan keinginan yang besar dalam komunitas golf Indonesia untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang aspek fundamental dalam olahraga ini. Hal ini juga menunjukkan potensi perkembangan dan peningkatan standar profesionalisme dalam kancah golf nasional.
Sesi pertama forum diisi oleh Alvie K. Utomo yang memaparkan secara rinci mengenai istilah drop ball yang tercantum dalam Rules 14.3c. Dalam presentasinya, Alvie menjelaskan tata cara melakukan drop ball yang benar serta evolusi peraturan ini dari waktu ke waktu. Ia menekankan bahwa peraturan golf secara berkala dibuat dan diperbarui dalam rentang waktu tertentu dengan tujuan utama untuk meningkatkan kecepatan permainan golf.

Dengan adanya pembaruan ini, diharapkan tidak banyak waktu yang terbuang ketika pemain golf menghadapi situasi sulit di lapangan. Rule 14.3c sendiri menjelaskan prosedur yang harus diikuti ketika bola yang dijatuhkan dengan benar harus berhenti di dalam area keringanan. Jika bola tidak berhenti di area tersebut, pemain harus menjatuhkan bola sekali lagi. Apabila bola yang dijatuhkan kedua kalinya juga tidak berhenti di area keringanan, pemain wajib menyelesaikan keringanan dengan meletakkan bola di titik tempat bola kedua kali menyentuh tanah.
Perubahan signifikan dalam prosedur drop ball termasuk penurunan ketinggian jatuhan menjadi dari lutut, yang diperkenalkan pada tahun 2019. Perubahan ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan bola memantul keluar dari area keringanan. Aturan tahun 2019 ini merupakan bagian dari upaya modernisasi peraturan golf untuk menyederhanakan dan menyeragamkan prosedur keringanan. Sebelum tahun 2019, pemain menjatuhkan bola pada sebuah garis, dan area keringanan adalah dalam jarak satu panjang stik dari titik jatuhan.
Peraturan tahun 2023 kemudian mengklarifikasi bahwa bola harus dijatuhkan pada garis, menciptakan area keringanan sepanjang satu panjang stik ke segala arah dari titik pertama bola menyentuh tanah. Penekanan Alvie pada peningkatan kecepatan permainan sebagai alasan pembaruan peraturan menunjukkan bahwa PGATI memiliki perhatian terhadap efisiensi dan kenyamanan bermain golf. Evolusi Rule 14.3c, dari prosedur yang kurang terdefinisi hingga jatuhan dari ketinggian lutut di dalam area yang spesifik, mencerminkan upaya berkelanjutan untuk menciptakan aturan yang lebih jelas dan konsisten, meminimalisir ambiguitas dan potensi perselisihan.
Sesi kedua menghadirkan Bayu Madendra Gunawan, seorang golf referee profesional, yang mengupas tuntas tata cara membersihkan bola golf. Dalam paparannya, Bayu menjelaskan alasan, waktu, dan tempat di mana bola boleh dibersihkan. Ia mengungkapkan bahwa lumpur yang menempel pada bola dapat secara signifikan memengaruhi arah bola saat dipukul. Bagi pemain profesional, satu pukulan saja dapat sangat memengaruhi hasil akhir pertandingan.

Secara umum, bola boleh dibersihkan setiap kali diangkat, kecuali saat diangkat untuk memeriksa apakah bola tersebut rusak atau retak, untuk mengidentifikasinya (kecuali pembersihan diperlukan untuk identifikasi), karena mengganggu permainan, atau untuk melihat apakah bola berada dalam kondisi di mana keringanan diizinkan (kecuali jika keringanan kemudian diambil berdasarkan aturan). Di putting green, bola yang diangkat selalu boleh dibersihkan. Membersihkan bola saat tidak diizinkan akan dikenakan penalti satu pukulan.
Pengalaman Bayu Madendra Gunawan dalam memberikan pelajaran singkat tentang peraturan golf kepada para pegolf junior menunjukkan keahliannya dalam menjelaskan regulasi secara jelas. Perannya sebagai referee dan pengalamannya melatih pegolf junior mengindikasikan komitmennya untuk menanamkan pemahaman yang kuat tentang peraturan di semua tingkatan komunitas golf Indonesia. Penjelasannya mengenai dampak sekecil apapun seperti lumpur pada bola bagi pemain profesional menggarisbawahi betapa detail dan presisinya peraturan golf dalam menjaga integritas kompetisi.
Sesi terakhir diisi oleh Jonner Sitepu yang salah satunya mengangkat tema Rule 15. Aturan ini menjelaskan tentang di mana dan bagaimana pemain dapat mengambil pembebasan gratis dari benda alam lepas dan obstruksi yang dapat dipindahkan. Rule 15 mengizinkan pemindahan benda alam lepas (objek alami yang tidak melekat) tanpa penalti di mana pun di dalam maupun di luar lapangan, dengan beberapa pengecualian terkait pergerakan bola atau memengaruhi bola yang sedang bergerak. Obstruksi yang dapat dipindahkan (objek buatan yang dapat dipindahkan dengan usaha yang wajar) juga dapat dipindahkan tanpa penalti.
Jika bola bergerak saat pemindahan, tidak ada penalti, dan bola harus dikembalikan ke posisi semula. Keringanan gratis tersedia jika bola berada di dalam atau di atas obstruksi yang dapat dipindahkan (kecuali di putting green), dengan cara mengangkat bola, memindahkan obstruksi, dan menjatuhkan bola di area keringanan yang ditentukan.
Jonner Sitepu memegang peran penting dalam departemen Peraturan & Kompetisi di bawah PGA Tour Indonesia (PGATI), serta menjadi bagian dari Bidang Umum, Pengembangan Potensi & Peraturan. Ia juga merupakan anggota Komite Etik di dalam PGAI. Berbagai peran yang diemban Jonner dalam PGATI yang berkaitan dengan peraturan menunjukkan komitmen organisasi terhadap penegakan integritas permainan melalui penerapan peraturan yang tepat.

Fokusnya pada Rule 15, yang membahas situasi umum di lapangan, mengindikasikan upaya untuk membekali para pegolf dengan pengetahuan praktis untuk mengatasi berbagai tantangan yang mungkin mereka hadapi selama bermain, sehingga mendorong permainan yang adil dan mengurangi potensi kesalahpahaman.
Karina, salah satu peserta diskusi, menyampaikan bahwa acara ini sangat memberikan wawasan (insightfull) karena peraturan yang seringkali berbeda-beda di lapangan antar pemain. Dengan adanya acara ini, para pemain dapat belajar langsung dari ahlinya .
Sementara itu, Malika, referee wanita termuda di Indonesia, mengungkapkan bahwa selain pegolf profesional, penonton, dan orang awam pun semakin peduli terhadap peraturan dalam permainan golf. Testimoni dari Karina dan Malika menyoroti nilai praktis dari forum semacam ini. Perbedaan interpretasi peraturan di antara pemain, seperti yang diungkapkan Karina, menekankan perlunya pendidikan yang dipimpin oleh para ahli untuk memastikan konsistensi dan keadilan.
Observasi Malika tentang meningkatnya minat terhadap peraturan di kalangan yang lebih luas menunjukkan tren positif menuju komunitas golf yang lebih terinformasi dan terlibat di Indonesia, kemungkinan didorong oleh peningkatan liputan media dan partisipasi dalam olahraga ini.

Acara ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman para pelaku dan pecinta olahraga golf tentang betapa pentingnya peraturan dalam permainan golf. Karena, seperti yang ditekankan dalam diskusi, olahraga dan permainan apapun pasti akan kacau jika peraturannya tidak ditegakkan dengan benar. Dengan inisiatif seperti forum “Play Like A Pro,” PGATI menunjukkan komitmennya untuk memajukan olahraga golf di Indonesia melalui peningkatan pengetahuan dan pemahaman peraturan di semua tingkatan.
0 Comments