Dominasi sejati dalam golf jarang datang beruntun. Olahraga ini terlalu kejam terhadap kesempurnaan, terlalu banyak variabel untuk dikuasai dalam waktu lama.
Karena itu, ketika Scottie Scheffler kembali dinobatkan sebagai PGA Tour Player of the Year 2025, maknanya melampaui sekadar penghargaan tahunan.
Ini adalah gelar keempat beruntun bagi pegolf nomor satu dunia tersebut—sebuah capaian yang terakhir kali dicatat Tiger Woods lebih dari dua dekade lalu, tepatnya pada periode 1999 hingga 2003. Sejarah pun kembali menemukan pengulangan, dengan wajah dan gaya yang berbeda.
Konsistensi, Mata Uang Paling Mahal di Golf
Di usia 29 tahun, Scheffler menutup musim 2025 dengan catatan yang hampir mustahil disentuh rival-rivalnya. Enam kemenangan dari 20 turnamen, termasuk dua gelar mayor—PGA Championship dan Open Championship—menjadi bukti puncak performanya.
Namun angka yang paling mencolok justru tersembunyi di balik statistik: 17 kali finis 10 besar, selalu berada di 25 besar, dan tanpa satu pun hasil buruk sepanjang musim.
“Hal yang paling saya banggakan adalah konsistensi,” ujar Scheffler.
“Datang setiap pekan dan bersaing di papan atas itu tidak mudah. Dibutuhkan persiapan, intensitas, dan fokus yang terus dijaga.”
Dalam era modern, konsistensi seperti ini adalah mata uang paling mahal—dan Scheffler memilikinya.
Angka yang Berbicara, Sejarah yang Menjawab
Keunggulan Scheffler tak berhenti di trofi. Ia kembali merebut Byron Nelson Award sebagai pemilik rata-rata skor terbaik PGA Tour dengan catatan 68,131—tiga kali beruntun. Ia bahkan memimpin rata-rata skor di keempat ronde, sebuah prestasi yang terakhir kali dilakukan Tiger Woods pada tahun 2000.
Statistik ini menegaskan satu hal: Scheffler bukan hanya menang, ia mengontrol permainan dari awal hingga akhir.
Dari Cedera Dapur ke Puncak Dunia
Menariknya, musim 2025 sempat diawali dengan tanda tanya. Cedera tangan akibat kecelakaan kecil saat memasak di libur akhir 2024 memaksanya absen selama satu bulan. Bagi banyak pegolf, jeda seperti itu bisa mengganggu ritme.
Bagi Scheffler, itu hanya jeda sebelum ledakan.
Kemenangan pertamanya datang di The CJ Cup Byron Nelson, dengan total 31-under par—menyamai rekor skor terendah PGA Tour sejak 1983. Dua pekan kemudian, ia mengunci gelar mayor ketiganya lewat kemenangan lima stroke di PGA Championship di Quail Hollow.
Ia lalu mempertahankan Memorial Tournament, sebelum menyempurnakan musim dengan menjuarai Open Championship di Royal Portrush—sekaligus melengkapi tiga dari empat keping career Grand Slam.
Satu Trofi Menuju Keabadian
Dengan dua gelar Masters (2022 dan 2024), ditambah PGA Championship dan Open Championship, kini hanya U.S. Open yang belum dimiliki Scheffler. Jika itu tercapai, ia akan menjadi pegolf ketujuh dalam sejarah yang menuntaskan career Grand Slam.
Sejak 2022, Scheffler telah mengoleksi 19 kemenangan PGA Tour dan hampir 100 juta dolar AS hadiah turnamen. Musim 2025 saja menyumbang sekitar 27,7 juta dolar AS—angka yang mencerminkan dominasi, bukan sekadar popularitas.
Generasi Berganti, Panggung Tetap Menyala
Di tengah supremasi Scheffler, PGA Tour juga menyambut darah baru. Arnold Palmer Award sebagai Rookie of the Year jatuh ke tangan Aldrich Potgieter asal Afrika Selatan—salah satu juara termuda dalam sejarah tur dan satu-satunya rookie yang menembus FedEx Cup Playoffs musim ini.
Perpaduan dominasi seorang raja dan kemunculan bintang muda menjadikan musim 2025 sebagai salah satu musim paling berwarna dalam sejarah PGA Tour.
Dan saat kalender mulai beralih ke 2026, satu pertanyaan besar menggantung di udara:
berapa lama lagi Scottie Scheffler akan terus memerintah?








Users Today : 176
This Month : 13761
This Year : 146770
Total Users : 272420
Total views : 798361
0 Comments