Lima punggawa Indonesia—Rayhan Abdul Latief, Randy Arbenata M. Bintang, Amadeus C. Susanto, Asa Najib Bhakti, dan Kenneth Henson S. memenuhi undangan untuk ikut berkompetisi di turnamen amatir paling bergengsi di Asia-Pasifik, Asia-Pacific Amateur Championship (AAC) 2025, yang akan dimulai pada Kamis (23/10) di Majlis Course, Emirates Golf Club.
Mereka telah beradaptasi penuh dengan arena kompetisi. dan fokus pada penyesuaian strategi menghadapi kondisi yang dikenal menuntut presisi tinggi.
Menurut Randy Bintang, angin kencang dan kecepatan green menjadi tantangan utama yang harus diantisipasi sejak hari pertama. Tiga pegolf yakni Randy, Amadeus, dan Asa, bahkan sudah berada di Dubai lebih dari seminggu untuk berlatih intensif
“Latihan resmi hari ini terasa positif, dan kami akan menjaga fokus agar bisa tampil konsisten di tiap ronde,” ujar Randy Bintang, yang pengalaman edisi AAC tahun lalu menjadi nilai tambah penting bagi skuad.

Di sisi lain, Rayhan Abdul Latief melihat lapangan cukup bersahabat, terutama area di green yang tidak terlalu tricky. Fokus utama latihannya justru adalah pada fairway dan penyempurnaan around the green.
Coach Alga, yang mendampingi tim, menegaskan bahwa adaptasi terhadap angin, rumput, dan green telah maksimal, dan para atlet diharapkan mampu tampil optimal sejak ronde pertama. Benny Kasiadi, yang mendampingi tiga atlet Double B, bahkan menyatakan ketiga atletnya siap 100%.
Membawa “Mental Pembunuh” dan Doa Ayah
Rayhan, yang merupakan pegolf amatir terbaik Indonesia dengan peringkat No. 266 Dunia, akan tampil untuk kali keempat secara berturut-turut di AAC. Baginya, turnamen yang akan dimulai Kamis (23/10) ini jauh melampaui sekadar golf. Ia menuturkan bahwa ayahnya, Hasanuddin Abdul Latief, adalah sosok yang mengenalkannya pada golf dan, yang terpenting, menanamkan mental “pembunuh” yang kini menjadi bekal utamanya.

Ia mengenang pengorbanan besar kedua orang tuanya (ayah dan ibu, Sunarni Darmoredjo) demi karir golfnya. Inspirasi terbesarnya untuk menaklukkan AAC, yang hadiah utamanya adalah tiket ke Masters Tournament 2026, datang dari kenangan menonton Masters 2004. Saat itu, Phil Mickelson menyebut peran kakeknya dalam kemenangan, sebuah momen yang meyakinkan Rayhan bahwa semangat mendiang ayahnya akan memandunya di Augusta National kelak.
PR Besar Indonesia
Indonesia memiliki pekerjaan rumah besar: belum pernah menempatkan pemainnya di posisi 10 besar AAC. Rekor terbaik masih dipegang George Gandranata yang finish di T17 pada 2011. Namun, dengan bekal kekuatan mental (cognitive game) yang telah Rayhan asah di Amerika dan tekadnya untuk memberikan usaha maksimal, harapan untuk memecahkan benchmark ini terasa lebih nyata. AAC 2025 akan menjadi panggung di mana semangat seorang anak muda, didorong oleh mimpi dan restu dari Sang Ayah, mencoba menaklukkan dunia.
.
.
0 Comments