Hanya berselang beberapa hari jelang digelarnya turnamen amatir paling bergengsi di Asia-Pasifik, Asia-Pacific Amateur Championship (AAC) 2025 di Dubai, Rayhan Abdul Latief telah memancarkan aura kepercayaan diri yang solid. Pegolf muda kebanggaan Indonesia ini, yang kini menimba ilmu di University of North Texas (UNT), menegaskan bahwa partisipasinya yang keempat ini bukan sekadar ajang ikut serta, melainkan panggung untuk mencapai target tertinggi, didukung oleh transformasi total dalam latihan dan mentalitas yang ia dapatkan di Amerika Serikat.
Rayhan mengungkap peta jalan menuju AAC di Emirates Golf Club, Majlis Course, yang akan berlangsung pada 23–26 Oktober 2025. Alih-alih merasa gentar, Rayhan justru menyatakan antusiasmenya karena merasa karakter lapangan di Dubai sangat cocok (fit) dengan gaya permainannya.

Adaptasi Amerika: Fokus Total dan Fisik Baja
Bagi Rayhan, keputusannya mengejar beasiswa golf di Amerika sejak 2022 adalah titik balik fundamental. Transisi dari Indonesia ke kampus di Texas memberinya lingkungan yang “lebih happy karena benar-benar locked-in,” di mana seluruh energi hanya tercurah pada sekolah dan golf.
Transformasi yang paling signifikan terasa di area fisik. Ia mengungkapkan rasa terkejutnya (shock) dengan rutinitas latihan work-out yang jauh lebih intens dan general di UNT. Sebagai contoh, beban dumbbell bench press-nya melonjak drastis, dari 25 pounds menjadi 55 pounds, menunjukkan peningkatan kekuatan fisik yang nyata.

“Itu yang bikin shock, cuma sekarang jadi lebih with the flow,” ujar Rayhan.
Selain peningkatan fisik, fasilitas yang didapatkan Rayhan sebagai atlet college sangat menunjang performanya. Ia berlatih di Maridoe Golf Club, home course UNT yang dikenal sebagai venue LIV Golf dan memiliki anggota aktif dari PGA TOUR seperti Will Zalatoris. Lapangan yang very tough track ini, dikombinasikan dengan driving range pribadi di kampus, menjadi “vitamin” esensial yang meningkatkan permainan golfnya secara signifikan.

Tantangan Emirates dan Target Agresif
Meskipun belum pernah bermain langsung di Emirates Golf Club, Rayhan sudah melakukan analisis mendalam melalui yardage book dan highlights Dubai Desert Classic. Ia menyimpulkan track tersebut memiliki kemiripan dengan lapangan di Texas.
Namun, ia menyoroti tantangan utama: lapangan yang memiliki fairway sempit dengan banyak semak-semak, dan yang paling penting, jenis rumput yang berbeda (grainy) di sekitar green yang menuntut akurasi short game ekstra.

Menatap penampilan keempatnya di AAC (setelah T31 pada 2023 dan T24 pada 2024), Rayhan membawa evaluasi tajam: ia harus bisa lebih gas di first two rounds.
“Evaluasi dari tahun-tahun sebelumnya adalah supaya bisa lebih agresif lagi, tapi konservatif di dua round pertama,” tegasnya. Strategi ini menunjukkan kematangan dalam membaca turnamen, di mana scoring yang kompetitif di awal sangat krusial untuk membuka peluang kemenangan.
Saat ini, Rayhan menaksir kesiapannya berada di angka 60-70%, namun ia optimistis angka ini akan meningkat drastis mengingat turnamen college yang ia ikuti jelang keberangkatannya memiliki karakter lapangan yang mirip dengan Dubai.

Kekuatan Kognitif: Senjata Rahasia Rayhan
Selain persiapan teknis dan fisik, Rayhan menyadari bahwa persaingan golf di level elit ditentukan oleh satu hal: mental (cognitive game).
“Bisa saya bilang juga ketika sudah di turnamen, 85% is all about mental,” ungkapnya.
Untuk memaksimalkan aspek ini, ia akan memulai sesi dengan sport psychologist di UNT, sebuah fasilitas komprehensif yang melengkapi Recovery Center, fisio, dan ahli gizi. Dukungan menyeluruh ini memungkinkan Rayhan untuk berkonsultasi secara terbuka mengenai segala kendala.

Rayhan mengambil pelajaran besar dari AAC Jepang tahun lalu, di mana ia bangkit dari nyaris gagal cut (73-73) menjadi finish T24 (68-68). Turning point itu terjadi ketika stress level langsung turun setelah mendapatkan birdie vital di hole 18 round kedua.
“Itu salah satu faktor yang ingin saya bangkitkan… gimana caranya supaya lebih enjoy experience, competitive but enjoy the experience rather than nyusahin diri sendiri,” tutup Rayhan.
Dengan kekuatan fisik baru dari work-out Amerika, pelatihan di lapangan PGA TOUR, serta kesadaran penuh akan pentingnya fokus kognitif, Rayhan Latief siap membawa harapan Indonesia untuk menantang gelar AAC 2025. Gelar juara AAC berarti tiket langsung menuju The Masters dan The Open Championship, sebuah mimpi yang kini berada dalam jangkauan driver Rayhan.

0 Comments