Putaran ketiga Mandiri Indonesia Open 2025 di Pondok Indah Golf Course pada Sabtu (30/8) menjadi ajang pertempuran momentum yang dramatis, dengan pimpinan klasemen saling beradu ketangguhan mental dalam memperebutkan posisi teratas. Di tengah persaingan yang begitu ketat, pegolf Malaysia berusia 28 tahun, Shahriffuddin Ariffin, menunjukkan determinasi luar biasa untuk mempertahankan posisinya, menahan gempuran tanpa henti dari rival utamanya, Suteepat Prateeptienchai dari Thailand. Di akhir hari yang dikenal sebagai “moving day” ini, Ariffin, yang dijuluki “Dino Fowler,” berhasil mengamankan keunggulan dua pukulan, memimpin klasemen dengan total 17-di bawah-par setelah 54 hole. Di sisi lain, harapan tuan rumah untuk menembus jajaran lima besar kembali membuncah setelah penampilan konsisten dari Naraajie Emerald Ramadhanputra.

Pertarungan Dominasi yang Kental di Puncak Klasemen
Shahriffuddin Ariffin memulai putaran ketiga dengan keunggulan tipis satu pukulan, sebuah posisi yang memberinya sedikit ruang bernapas di tengah tekanan yang mengintai dari para pesaingnya. Namun, keunggulan itu terbukti rapuh di hadapan Suteepat Prateeptienchai. Pegolf Thailand itu dengan cepat menunjukkan niatnya untuk memimpin, secara perlahan namun pasti menghapus defisit tersebut. Ketegangan memuncak di hole 8, ketika Suteepat berhasil menyamakan kedudukan, membawa skor keduanya menjadi sama-sama 13-di bawah-par. Momen ini bukan hanya sekadar perubahan angka pada papan skor, melainkan sebuah pergeseran psikologis yang signifikan. Shahriffuddin, yang tadinya bermain dari posisi memimpin, kini berada di posisi yang harus mempertahankan diri dari serangan langsung. Kondisi ini mengubah dinamika permainan dari kompetisi umum menjadi sebuah duel man-to-man, menyerupai format match play di tengah turnamen stroke play yang ketat.
Kedua pegolf melanjutkan adu strategi dan pukulan mereka hingga sembilan hole pertama. Saling membalas pukulan yang tajam, mereka kembali mencatatkan birdie di hole 9, sebuah hasil yang menempatkan keduanya tetap berada di puncak klasemen dengan skor 14-di bawah-par. Pertukaran birdie ini menunjukkan betapa solidnya permainan kedua pegolf, dan juga mengindikasikan bahwa pertempuran untuk memimpin masih jauh dari kata usai.

Titik Balik yang Kritis: Kisah di Hole 14
Setelah pertarungan sengit yang berlanjut hingga pertengahan putaran—ditandai dengan kembali terciptanya birdie bersamaan di hole 12 yang mempertahankan posisi imbang mereka—momentum permainan akhirnya berpihak kepada Shahriffuddin. Titik balik yang paling krusial dalam “moving day” ini terjadi di hole 14. Di hole ini, Ariffin menunjukkan ketenangannya dengan berhasil mencetak birdie, sementara di sisi lain Suteepat justru melakukan kesalahan yang berujung pada bogey. Perbedaan tiga pukulan di satu hole ini secara dramatis mengubah peta persaingan, memberikan Ariffin keunggulan dua pukulan dengan total skor 16-di bawah-par.
Jarak yang tiba-tiba tercipta ini dapat menjadi pukulan telak secara psikologis bagi seorang pegolf, namun Suteepat Prateeptienchai membuktikan mentalitasnya. Ia menunjukkan semangat juang yang luar biasa, berupaya keras untuk kembali mengejar ketertinggalan. Pegolf Thailand itu merespons dengan dua birdie berturut-turut, menunjukkan tekadnya untuk tidak menyerah begitu saja pada sang pemimpin. Aksi balasan ini kembali merapatkan jarak dan membuat duel di lubang-lubang terakhir kembali memanas.

Pukulan Penentu di Hole Terakhir
Upaya Suteepat untuk kembali menyamakan kedudukan membuat Mandiri Indonesia Open 2025 kembali dipenuhi drama. Namun, di saat yang paling menentukan, Shahriffuddin Ariffin berhasil menunjukkan kematangannya sebagai seorang pemimpin. Di hole 18, yang merupakan par 5 dan menjadi kesempatan terakhir bagi Suteepat untuk memangkas jarak, pegolf Thailand itu hanya mampu mencatatkan par. Di saat yang sama, Ariffin berhasil mengkonversi sebuah birdie. Pukulan terakhir yang solid ini tidak hanya menambah keunggulan numerik, tetapi juga mengukuhkan dominasinya di puncak klasemen. Dengan skor akhir 17-di bawah-par, Ariffin kini unggul dua pukulan dari pesaing terdekatnya, memegang kendali penuh menjelang putaran final.
Refleksi Sang Pemimpin: Kemenangan yang Diraih dengan Sempurna
Pengakuan Shahriffuddin Ariffin setelah putaran berakhir memberikan pandangan yang berharga mengenai mentalitas seorang juara. Meskipun berhasil mencetak skor 4-di bawah-par yang impresif, ia secara jujur mengakui bahwa permainannya tidak berada di puncak performa. “Putt saya tidak bekerja dan shotnya pendek-pendek. Pukulannya nggak begitu solid,” ujarnya, mengakui adanya ketidaksempurnaan pada pukulan-pukulannya hari itu. Pengakuannya ini menunjukkan sebuah pemahaman yang mendalam tentang olahraga golf, di mana kemenangan terkadang bukan tentang bermain sempurna, tetapi tentang kemampuan untuk bermain efektif bahkan di saat performa fisik menurun.
Strategi yang ia terapkan hari itu adalah sebuah pelajaran tentang manajemen risiko. Ia tidak mencoba memaksakan pukulan yang sempurna saat dirasa tidak memungkinkan. Sebaliknya, ia fokus pada dasar-dasar permainan. “Ketika miss 3-4 pukulan, saya hanya fokus main saja, coba mencapai green dan membuat birdie. Jika tidak bisa (birdie), cukup main par saja,” jelasnya. Pendekatan yang pragmatis ini, di mana ia menempatkan konsistensi dan kontrol kerusakan di atas keinginan untuk mencetak skor sempurna, adalah ciri khas dari seorang pegolf yang matang. Strategi ini yang pada akhirnya membedakan antara pemain yang mampu bertahan di puncak dan mereka yang mudah terpeleset oleh kesalahan kecil.

Pukulan terakhir di hole 18 bukan hanya penentu kemenangan hari itu, melainkan juga pendorong mentalitas untuk putaran final. Shahriffuddin menyebut birdie di hole penutup sebagai sebuah “boost energi dan rasa percaya diri”. Pengakuan ini menyoroti bagaimana sebuah pukulan yang sukses di momen krusial memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada sekadar mengurangi skor. Ia memberikan dorongan moral yang tak ternilai harganya, memastikan ia memasuki putaran terakhir dengan kepala tegak, siap menghadapi segala tantangan yang akan datang. Meskipun sempat sedikit meleset dari target awalnya untuk mencapai green dalam dua pukulan, ia mampu menunjukkan ketangkasan untuk mengubah situasi menjadi sebuah birdie yang sangat berharga.
Harapan Tuan Rumah Tetap Menyala
Di tengah duel ketat para pemimpin, Naraajie Emerald Ramadhanputra memberikan secercah harapan bagi para penggemar golf di tanah air. Pegolf berusia 25 tahun itu menunjukkan permainan yang stabil, mencatatkan skor 68 (4-di bawah-par) di putaran ketiga. Hasil ini membawa total skornya menjadi 12-di bawah-par dan memposisikannya di T7, bersanding dengan dua pegolf lainnya.
Naraajie juga secara terbuka mengakui tantangan yang ia hadapi di putaran ketiga. Ia menjelaskan bahwa ia mengalami “slow start” di hole-hole awal, di mana ia melewatkan beberapa kesempatan emas untuk mencetak birdie yang seharusnya bisa menjaga momentum permainannya. Ia menambahkan bahwa ball striking-nya hari itu “kurang meyakinkan,” meskipun kemampuan putting-nya sedikit “di atas rata-rata”. Pengakuan ini menunjukkan kedewasaan dan evaluasi diri yang jujur, di mana ia mampu menilai permainannya dengan objektif. Fakta bahwa ia berhasil mengakhiri putaran dengan skor 4-di bawah-par, meski dalam kondisi yang kurang ideal, adalah sebuah bukti nyata dari ketahanan mental dan kemampuannya untuk beradaptasi di lapangan.

Selain Naraajie, pegolf Indonesia lainnya juga menunjukkan penampilan yang layak diapresiasi. Kevin Caesario Akbar mencetak skor 69 di putaran ketiga, yang membawa total skornya menjadi 208 (8-di bawah-par) dan menempatkannya di posisi T29. Sementara itu, Gabriel Hansel Hari, dalam debut profesionalnya di ajang Asian Tour, berhasil menyelesaikan putaran dengan skor even par (72), dan kini berada di posisi T64.

Di kategori amatir, drama tersendiri terhampar. Amadeus Susanto menyelesaikan putaran dengan total skor 219 (3-di atas-par) dan tertahan di posisi 70. Peluangnya untuk meraih trofi Low Amateur kini menjadi sangat berat, mengingat rivalnya, Ratchanon Chantananuwat dari Thailand, telah mengukir skor 8-di bawah-par, menciptakan jarak yang signifikan.
0 Comments