Bryson DeChambeau, salah satu wajah paling mencolok dalam revolusi LIV Golf, menegaskan bahwa perjuangan liga untuk mendapatkan pengakuan dari sistem peringkat dunia resmi (Official World Golf Ranking/OWGR) bukan sekadar ambisi administratif.
Bagi LIV, kata DeChambeau, ini adalah soal hidup dan mati di peta golf dunia.
Berbicara menjelang Open Championship di Royal Portrush pekan ini, juara major dua kali itu menyoroti pentingnya legitimasi OWGR bagi masa depan LIV — liga kontroversial yang mencoba mengubah wajah golf profesional.
“Kami menyadari ini memakan waktu lebih lama dari yang kami harapkan,” ujar DeChambeau. “Tapi kami sedang membangun pondasi. Kami sudah punya mitra yang solid, sponsor masuk, dan visi jangka panjang.”
LIV memang menunjukkan geliat pertumbuhan, mulai dari penambahan sponsor, perluasan kalender kompetisi 2026, hingga struktur organisasi baru di bawah CEO Scott O’Neill. Namun, semua langkah tersebut belum cukup menembus dinding pengakuan OWGR.
Pada Oktober 2023, permohonan awal mereka ditolak. Format turnamen 54 hole yang digabung antara skor individu dan tim dinilai tak sejalan dengan kriteria OWGR. Hasilnya, para pemain LIV kini mengalami degradasi peringkat dunia — sebuah ironi pahit bagi para juara major yang masih berlaga di level tinggi.
Jon Rahm, salah satu rekrutan terbesar LIV, kini terdampar di peringkat ke-72 dunia. Posisi yang membuatnya terancam tak bisa tampil otomatis di kejuaraan mayor mendatang. Bagi LIV, ini bukan sekadar pukulan citra, tapi juga ancaman eksistensial.
Di bawah kepemimpinan O’Neill, LIV kini mengajukan ulang proposal OWGR. Dengan pendekatan baru yang lebih sistematis, termasuk kemungkinan menciptakan jalur promosi-degradasi, kerja sama dengan tur pengembangan global, hingga format yang lebih sesuai standar kompetisi internasional, LIV berharap bisa menghapus stigma “liga eksklusif tanpa ujung kompetitif.”
“Tentu saja, poin OWGR sangat penting,” tegas DeChambeau. “Pemain kami bermain luar biasa, dan mereka layak mendapat tempat dalam peta golf dunia. Sistem ini bukan hanya soal ranking, tapi soal menjaga ekosistem olahraga agar tetap adil dan berkembang.”
Yang menarik, DeChambeau juga mengangkat satu aspek baru: hubungan pribadi antara CEO LIV Scott O’Neill dan CEO baru PGA Tour, Scott Rolapp. Dua tokoh penting yang bisa membuka pintu menuju dialog yang lebih sehat antara dua kubu yang selama ini berseteru.
“Ada potensi kerja sama. Jalan tengah bisa ditemukan. Semua demi kebaikan olahraga ini,” kata DeChambeau optimistis.
Dengan LIV yang kini memasuki fase konsolidasi setelah gebrakan awalnya yang penuh kejutan, pertanyaan besar masih menggantung: apakah golf versi LIV bisa mendapat tempat sejajar di panggung global?
Bagi DeChambeau, jawabannya sederhana — selama poin OWGR belum didapat, LIV belum benar-benar bermain di liga yang sama.
“Ini bukan soal ego atau rivalitas. Ini soal masa depan permainan golf, dan bagaimana kita membuatnya tetap relevan, adil, dan inklusif bagi generasi berikutnya,” tutupnya.
0 Comments