Ratusan pegolf wanita mengungkapkan keberatan mereka terhadap partisipasi Hailey Davidson, pegolf transgender kelahiran Skotlandia, dalam kompetisi kualifikasi LPGA Tour menjelang babak final.
Davidson, seorang profesional berusia 31 tahun yang berasal dari Ayrshire dan kini tinggal di Florida, memiliki ambisi untuk membuat Skotlandia bangga dengan meraih kartu di sirkuit utama wanita.
Setelah berhasil melewati babak pertama Q-School pada bulan Agustus, Davidson mendapat sorotan tajam dari sejumlah kalangan.
Amy Olson, seorang pegolf yang pernah menjadi runner-up dua kali di turnamen mayor, mengekspresikan kekecewaannya, menyatakan bahwa “wanita-wanita ini telah bekerja terlalu keras dan terlalu lama untuk hanya berdiri dan menonton seorang pria bersaing untuk dan mengambil tempat mereka.”
Keberatan tersebut ternyata dipegang oleh banyak pegolf lainnya, yang ditunjukkan dengan adanya surat dari Forum Wanita Internasional.
Sebanyak 275 orang menandatangani surat tersebut, yang dikirimkan kepada LPGA, Asosiasi Golf AS, dan Federasi Golf Internasional, mendesak agar Davidson dikeluarkan dari turnamen.
Surat itu menyatakan, “Kita semua tahu tidak akan ada kesempatan atletik yang setara bagi wanita tanpa kategori golf wanita yang terpisah.”
Dalam surat tersebut, para penandatangan menegaskan bahwa kebijakan yang ada saat ini justru menguntungkan atlet pria untuk berkompetisi di golf wanita, meskipun banyak badan pengatur olahraga nasional dan internasional mulai menolak kebijakan yang dianggap tidak adil ini.
Mereka menyoroti perlunya kebijakan partisipasi yang jelas dan konsisten berdasarkan jenis kelamin pemain, guna menjaga integritas dan keadilan dalam golf wanita.
“Keunggulan laki-laki dalam memukul bola diperkirakan sekitar 30 persen, yang merupakan perbedaan signifikan dalam konteks olahraga,” ungkap mereka.
Penjelasan lebih lanjut menyebutkan bahwa perbedaan anatomis antara laki-laki dan perempuan memengaruhi kecepatan kepala klub dan konsistensi saat memukul bola.
“Perempuan memiliki detak jantung rata-rata yang lebih tinggi dan menghadapi tuntutan fisiologis yang lebih besar saat bermain, terutama di dataran tinggi,” tambah mereka.
Kontroversi ini menciptakan perdebatan sengit di kalangan komunitas golf, menyoroti tantangan yang dihadapi dalam menciptakan kebijakan yang adil bagi semua atlet.
0 Comments