Profile Golftimes kali ini adalah lelaki berkumis dengan postur gagah berotot tetapi mempunyai aura yang kalem dan sorot mata yang teduh. Diwawancarai oleh Golftimes disebuah Driving Range di bilangan Jakarta. Selain menyukai golf, pria yang bernama lengkap I Komang Sudarma ternyata lebih dahulu menekuni Gym dan Yoga sebagai hobinya. Jadi tidak mengherankan melihat pria yang akrab di panggil Komang ini mempunyai perawakan yang kekar tetapi sangat tenang dalam perilakunya.

Dengan hoby nge-gym dan yoga yang telah ia lakoni sejak 1990, Komang, demikian dia disapa sehari-hari, merasa bahwa golf itu menarik dan sangat sejalan dengan hobby lamanya tersebut. Beberapa alasan yang disampaikannya yaitu selain bisa menikmati pemandangan yang indah indah, matahari yang berlimpah serta udara yang sejuk dan segar ditambah seluruh badannya aktif bergerak menjadikan golf sebagai salah satu olahraga favoritnya, apalagi badannya selalu terasa segar ketika usai bermain golf.
“Saya selalu ingin badan saya bugar. Makanya saya nge-gym dan melakukan yoga secara rutin. Ketika nge-gym maka otot-otot saya bekerja secara aktif. Karena selain olahraga kardio untuk membakar lemak dan kalori, melatih otot pun banyak manfaatnya untuk membuat badan saya menjadi bugar. Dan dengan yoga membuat saya merasa lebih rileks. Dengan tiga kegiatan tersebut, saya merasakan manfaatnya secara fisik dan mental dalam jangka panjang.” ungkap Komang memulai obrolan.
GOLF CAIRKAN SUASANA, SERU DAN KOMUNIKATIf
Suami dari Ni Ketut Sandyantini yang merintis karir di salah satu BUMN Karya ini selanjutnya mengungkapkan bahwa golf cukup berperan besar dalam pekerjaan yang ditekuninya selama ini.
“Saya belum terlalu lama menekuni golf, kalau tidak salah mulai dari tahun 2016 saya mulai mengenal golf. Masih kurang dari 10 tahun yaa, jadi belum terlalu lama saya bilang,” jawab Komang ketika ditanya awal mula dia mulai kenal golf.
“Golf cukup berpengaruh dalam bisnis dan pekerjaan yang saya geluti. Terutama dalam memperlancar dan mencairkan suasana dalam berkomunikasi dengan rekan bisnis.” lanjut Komang.
“Interaksi yang intens selama beberapa jam bermain bisa membuat negosiasi menjadi lebih luwes dan santai,” jelas Komang mengenai pendapatnya tentang korelasi antara koneksi golf dan pekerjaannya.

CADDY JADI INSPIRASI I Komang Sudarma
Bicara tentang golf tidak selalu tentang hura-hura dan kemewahan. I Komang Sudarma yang pernah mencatatkan skor terbaik 78 selama bermain golf ini, mendapati sebuah momen mengharukan dan menginspirasi dalam menjalani kehidupan, kala bermain golf.
“Beberapa tahun yang lalu sehabis bencana Merapi saya bermain golf di Jogja. Caddy yang membantu saya bermain, saya lihat muka, tangan, dan di kakinya terdapat banyak bercak putih bekas luka. Bekas luka itu menghilangkan cantiknya secara fisik. Dengan sopan saya bertanya, itu bekas luka apa? Caddy tersebut bercerita bahwa bekas luka di tubuhnya itu akibat awan panas yang menyerang desanya, akibat letusan gunung merapi. Saya sangat tersentuh atas perjuangannya untuk tetap bersemangat bekerja memberi layanan dan panduan kepada golfer dalam bermain. Walaupun dengan keterbatasan dari sisi fisik, saya terinspirasi akan semangat dan kepercayaan dirinya. Akhirnya saya bermain bagus disana.” cerita Komang kala itu.
“Dikesempatan lain saya juga pernah bermain dengan Prof. Komarudin Hidayat yang pernah menjabat sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kami bermain dalam ajang silaturahmi bisnis. Selama bermain, cukup banyak obrolan yang kami lakukan baik itu menyangkut golf dan topik lain di luar golf. Saya sangat kagum dengan pandangan pandangan dan filosofi golf yang beliau sampaikan dalam permainan waktu itu,” sambung Komang.

GOLF IBARAT PEDANG BERMATA DUA
Dimata rekan-rekan golfnya, Ayah tiga orang anak ini dikenal sebagai pribadi yang seru, komunikatif, flexible, siap “ber-pairing” dengan siapa saja. Dan satu hal yang pasti tentang Komang ialah dia selalu berpenampilan rapi kala bermain golf. Namun dengan pembawaannya yang tenang ketika bermain, ada kalanya dia merasa terganggu ketika ada golfer kawan pairing yang tidak disiplin. Baik dalam hal waktu atau aktivitas permainan lainnya.
“Golf ibarat pedang bermata dua menurut saya. Ada kesempatan yang bisa di dapat dari sana tetapi dibaliknya ada bahaya dan ancaman yang menyertainya bila kita tidak berhati-hati dan waspada. Misalnya kita bisa saja mkenghitung skor kita dengan curang, memindahkan posisi bola ke posisi yang enak, namun bila itu dilakukan, maka kita mencederai sportifitas dan kejujuran yang selama ini kita pegang, Jadi pengendalian dan perlindungan diri dari hal-hal yang negatif itu sangat penting penting menurut saya,” tutur Komang melanjutkan obrolan.
“Golf itu permainan yg selalu bikin penasaran, dan cenderung pengen bermain lagi. Kondisi ini bisa berdampak negatif seperti mengabaikan profesi kita dan cenderung menelantarkan keluarga demi golf,” ucap I Komang Sudarma.

I KOMANG SUDARMA AKTIF DI GOLF
Selanjutnya Komang mengatakan dalam sebuah permainan golf yang jadi lawan bukan cuma kawan satu pairing atau peserta lain kalau kita mengikuti sebuah turnamen. Tapi ada musuh lain yang lebih berat yang harus bisa kita taklukan, yaitu diri kita sendiri. Perilaku dan emosi yang keluar pada saat bermain akan sangat mempengaruhi hasil dari pukulan yang dilakukan. Baginya lebih mudah mengalahkan orang lain daripada mengalahkan dirinya sendiri.
“Saya tidak punya target muluk-muluk untuk golf. Untuk kedepannya saya hanya akan terus mencoba untuk meningkatkan kualitas permainan saya terutama untuk puttingnya. Karena menurut saya hal ini akan berdampak signifikan untuk total pukulan saya ketika bermain,” jawab Komang ketika ditanya mengenai target kedepannya dalam bermain golf.
“Selain itu untuk kebersamaan, saya juga mencoba untuk lebih aktif di dunia golf. Untuk saat ini saya ikut terlibat dalam kepanitiaan dalam beberapa Charity Tournament baik di almamater kampus ataupun di tempat saya bekerja.” lanjutnya.

PROSES ADALAH PENGALAMAN HIDUP YANG MENARIK
Pria yang lahir pada 22 september di Baluk yang masuk ke wilayah Kabupaten Jembrana di Provinsi Bali ini mengatakan bahwa baginya proses dalam mencapai sesuatu itu kalau dicermati adalah hal yang paling menarik. Rangkaian kejadian yang kita alami bisa membuat kita menjadi tertawa, tersenyum, menangis, marah dan luapan perasaan lainnya.
“Semua proses dalam hidup saya, mulai dari tahap belajar dan menuntut ilmu atau dalam istilah keyakinan saya tahap Brahmacari, dan tahap berikutnya yaitu tahap berumah tangga, mencari nafkah atau grihasta adalah pengalaman hidup yang paling menarik bagi diri saya. Baik itu pengalaman sukses atau pengalaman yang belum berhasil. Saya tidak akan mengatakan bahwa saya gagal. Menurut saya tidak ada yang gagal dalam sebuah proses, karena proses akan selalu bertumbuh. Ketidakberhasilan dalam sebuah proses saya ibaratkan seperti kita menaiki anak tangga. Ada kalanya kita terpeleset dan saat itu tidak berhasil naik ke anak tangga berikutnya. Namun bila kita terus berusaha pasti anak tangga tersebut akan berhasil kita taklukan, ” ucap Komang.
“Hidup itu harus mempunyai makna. Manusia harus mampu mewujudkan tujuan kehidupan yakni terbentuknya manusia yang bahagia di dunia dan bahagia di alam alam suarga. Hidup yang singkat ini haruslah dimaknai dengan selalu berbuat yang didasarkan atas dharma yang telah digariskan. Hidup saya menjadi bermakna bila saya bisa membuat diri saya dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya ikut senang,” pungkas Komang menutup obrolan layaknya senja di sore itu mengiringi matahari yang hendak terbenam..***

Untuk isi artikel lebih lengkap bisa dilihat di tautan berikut GolfTimes E-Magz V17092023 Dan baca profile lainnya di tautan berikut https://golftimes.id/profile/
0 Comments